Berada di jalur strategis lereng Kawasan Dataran Tinggi Dieng, Desa Lengkong di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, memantapkan dirinya sebagai wilayah agraris yang produktif dan dinamis. Desa ini tidak hanya mengandalkan kesuburan tanahnya untuk menghasilkan komoditas hortikultura berkualitas, tetapi juga menunjukkan geliat ekonomi yang menjanjikan melalui pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan memadukan ketekunan dalam bertani dan kreativitas dalam mengolah hasil panen, masyarakat Desa Lengkong membangun fondasi ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan, menjadikannya contoh nyata dari evolusi desa agraris di era modern.
Letak Geografis dan Kondisi Agronomis
Desa Lengkong secara administratif terletak di Kecamatan Garung, berada pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan desa-desa di Kecamatan Kejajar, yakni di kisaran 1.100 meter di atas permukaan laut (mdpl). Posisi ini memberikan keuntungan agronomis berupa suhu udara yang sejuk namun tidak seekstrem di puncak Dieng, sehingga ideal untuk berbagai jenis tanaman sayuran. Kondisi tanah di wilayah ini didominasi oleh jenis Andosol, tanah vulkanik berwarna gelap yang terkenal sangat subur dan gembur, sisa dari aktivitas vulkanik purba.
Berdasarkan data pemerintah daerah, luas wilayah Desa Lengkong tercatat sekitar 2,89 kilometer persegi (km²). Wilayahnya berbatasan langsung dengan desa-desa lain di sekitarnya. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Sitiharjo. Di sisi timur, berbatasan dengan Desa Mlandi. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Garung, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tegalsari. Topografinya yang bergelombang dengan lereng-lereng landai dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat untuk pertanian lahan kering, yang menjadi pemandangan dominan di seluruh penjuru desa.
Demografi dan Struktur Sosial Masyarakat
Berdasarkan data kependudukan terbaru dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Desa Lengkong ialah sebanyak 5.983 jiwa. Dengan luas wilayah 2,89 km², maka kepadatan penduduknya mencapai sekitar 2.070 jiwa per km². Angka kepadatan yang tinggi ini menunjukkan bahwa Desa Lengkong merupakan kawasan permukiman yang cukup padat, di mana rumah-rumah penduduk berbaur dengan lahan pertanian yang menjadi sandaran hidup utama.
Struktur sosial masyarakatnya sangat khas pedesaan agraris, di mana mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran menarik dengan munculnya profesi baru sebagai pengusaha UMKM di bidang pengolahan makanan. Kehidupan sosial diwarnai oleh semangat gotong royong dan kebersamaan yang kuat. Lembaga sosial seperti kelompok tani (poktan) dan kelompok wanita tani (KWT) memegang peran sentral, tidak hanya sebagai wadah untuk kegiatan pertanian tetapi juga sebagai motor penggerak kegiatan ekonomi kreatif dan pemberdayaan perempuan di desa.
Lumbung Hortikultura di Lereng Dieng
Sebagai desa agraris, tulang punggung utama ekonomi Desa Lengkong yaitu sektor pertanian hortikultura. Lahan-lahan yang subur di desa ini menjadi tempat budidaya berbagai komoditas sayuran yang memasok kebutuhan pasar lokal Wonosobo hingga pasar-pasar besar di kota lain. Komoditas utama yang dibudidayakan antara lain cabai, yang dikenal memiliki kualitas baik, serta berbagai jenis sayuran daun seperti kubis, sawi, dan lainnya. Selain itu, tembakau juga menjadi komoditas musiman bernilai ekonomi tinggi yang banyak ditanam oleh petani setempat.
Para petani di Desa Lengkong dikenal memiliki etos kerja yang tinggi. Mereka mengolah lahan secara intensif sepanjang tahun, menerapkan pengetahuan pertanian yang diwariskan secara turun-temurun dan dipadukan dengan teknik-teknik modern yang diperoleh melalui penyuluhan. Sistem irigasi yang relatif baik dan ketersediaan sumber air dari lereng gunung menunjang produktivitas pertanian di desa ini. Peran Desa Lengkong sebagai salah satu lumbung sayuran di Kecamatan Garung sangatlah signifikan dalam menjaga stabilitas pasokan pangan untuk wilayah yang lebih luas.
Geliat Agribisnis dan UMKM Lokal
Keunikan dan potensi terbesar Desa Lengkong saat ini terletak pada geliat sektor agribisnis skala rumah tangga. Masyarakat desa ini tidak hanya berhenti pada tahap produksi bahan mentah, tetapi sudah melangkah lebih jauh dengan melakukan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah. Berbagai produk UMKM, khususnya makanan ringan, telah lahir dari kreativitas warga Desa Lengkong. Produk-produk ini memanfaatkan hasil bumi lokal seperti singkong dan kentang.
Salah satu produk yang mulai dikenal luas yaitu opak singkong dan aneka keripik. Usaha ini sebagian besar digerakkan oleh para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT). Mereka mengolah singkong yang melimpah menjadi opak, makanan ringan tradisional yang renyah dan gurih. "Kami tidak mau hanya menjual singkong mentah yang harganya murah. Dengan mengolahnya menjadi opak, kami bisa mendapat keuntungan lebih dan membuka pekerjaan untuk tetangga di sekitar rumah," ungkap salah seorang perintis UMKM di desa tersebut. Geliat ekonomi kreatif ini memberikan sumber pendapatan alternatif yang sangat penting bagi keluarga, mengurangi ketergantungan pada hasil panen yang harganya sering tidak menentu, dan memberdayakan perempuan secara ekonomi.
Infrastruktur Penunjang dan Aksesibilitas
Perkembangan ekonomi di Desa Lengkong didukung oleh infrastruktur yang cukup memadai. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat Kecamatan Garung membuat aksesibilitasnya sangat baik. Jalan desa sebagian besar sudah beraspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, yang sangat vital untuk kelancaran distribusi hasil pertanian dan produk UMKM ke pasar. Jaringan listrik dan sinyal telekomunikasi juga telah menjangkau seluruh wilayah desa, memungkinkan para pelaku UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital dalam pemasaran produk mereka. Fasilitas umum seperti sekolah, masjid, dan layanan kesehatan dasar juga tersedia untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Penutup: Model Desa Agraris yang Berinovasi
Desa Lengkong, Kecamatan Garung, memberikan sebuah contoh inspiratif tentang bagaimana sebuah desa agraris dapat bertransformasi dan berinovasi. Dengan tidak hanya bergantung pada hasil bumi mentah, tetapi juga berani melangkah ke industri pengolahan, masyarakat Lengkong telah menciptakan model ekonomi yang lebih tangguh dan berdaya saing. Potensi untuk terus mengembangkan UMKM ini sangat besar, terutama melalui peningkatan kualitas kemasan, branding produk, dan perluasan jangkauan pasar. Ke depan, sinergi antara sektor pertanian yang produktif dan sektor UMKM yang kreatif akan menjadi kunci bagi Desa Lengkong untuk mencapai kemandirian ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya secara berkelanjutan.